nurbaitillah

Kamis, 24 Januari 2013

Premanisme

         Dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar, secara langsung maupun tidak langsung kita telah menyaksikan atau melakukan yakni terlibat dalam apa yang kita sebut dengan premanisme. Premanisme dapat diartikan suatu paham yang berkembang dalam masyarakat tentang suatu tindakan tertentu yang mengakibatkan kerugian pada orang atau pihak atau kelompok lain.
Setiap individu dalam kehidupannya mempunyai kepentingan dan tujuan tertentu yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Sehingga dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang berbeda-beda, tentunya akan mempunyai potensi yang besar pula apabila diwujudkan kedalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok.

      Dalam kehidupan suatu kelompok, sudah tentu tidak terlepas dari adanya perilaku setiap individu yang tidak sasuai fitrahnya sebagai manusia. Akan tetapi, justru dibalik perbedaan itu tersimpan suatu kekuatan yang besar ketika terakumulasi ke dalam kelompok. Setelah setiap individu masuk ke dalam kepentingan dan tujuan kelompok, maka perilaku mereka akan menjadi perilaku kelompok untuk kebersamaan.
Begitupun premanisme. Premanisme merupakan suatu tindakan yang memiliki tujuan tertentu namun terorganisir, karena kelompok ini berada bukan di desa-desa akan tetapi berada di kota-kota besar. Premanisme merupakan wadah pengatasnamaan jati diri dari orang-orang yang menamakan dirinya preman.

      Preman, dalam kelompoknya mempunyai kekuatan yang terorganisir, mulai dari komando ketua, tugas dan peran anggota sampai hubungan antar kelompok. Sudah barang tentu antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain akan saling bersaing demi kelangsungan hidup kelompoknya
Ada beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok, diantaranya :

1. Teori Kedekatan (Propinquity)

Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini ialah menjelaskan tentang adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu. Arti teori kedekatan ini ialah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (spatial and geographical proximity)

2. Teori Interaksi (George Homans)

Hasil-hasil riset kurang mencoba menganalisis tentang kekomplekan dari pembentukan kelompok sehingga memerlukan eksplorasi lebih lanjut. Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain berhubungan secara langsung dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.

b. Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.

Pada umumnya teori-teori tersebut saling melengkapi, karena teori yang satu menerangkan isi yang berbeda dari teori yang lain.

3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)

Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap didalam menangapi sesuatu tujuan.

4. Teori Pertukaran

Teori lain yang sekarang ini mendapat perhatian betapa pentingnya didalam memahami terbentuknya kelompok ialah teori pertukaran (exchange theory). Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan didalam teori pertukaran ini.

       Teori lain dari pembentukkan kelompok adalah didasarkan atas alasan-alasan praktis (practicalities of group formation). Yang teramat penting dalam memahami pembentukan kelompok berdasarkan alasan-alasan praktis ini diantaranya kelompok-kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang mengelompok tersebut.

Karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok antara lain :
a. adanya dua orang atau lebih.
b. yang berinteraksi satu sama lain
c. yang saling membagi beberapa tujuan yang sama
d. dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

        Dalam kehidupan sehari-hari, preman merupakan kelompok yang selalu terpinggirkan atau tersisihkan. Mereka terabaikan dari kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Namun yang harus kita ketahui bahwa aksi premanisme tidak dilakukan begitu saja, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya faktor keluarga, lingkungan, himpitan ekonomi, latar belakang pendidikan dan lain-lain.
Preman cenderung melakukan kekerasan dalam menjalankan aksinya. Dalam hal kekerasan, sudah barang tentu ada pihak yang merasa dirugikan, baik secara jasmani maupun rohani. Mereka yang sudah mengecap label premanisme, pastinya akan berpengaruh pada sikap dan tindakan yang mereka ambil.

        Sudah menjadi bagian dari kehidupan, bahwa mereka yang sudah diberi label suka melakukan kekerasan dan kejahatan, pastinya cenderung mempertahankan label yang diberikan itu demi mempertunjukkan jati diri mereka. Meskipun banyak halangan yang mereka temui, baik itu dari keluarga, lingkungan dan agama, mereka tetap akan mempertahankan label yang sudah terlanjur diberikan kepada mereka. (FRANK TINEMBAUM : penggagas utama teori labeling)

     Secara garis besar, Premanisme Dalam Perspektif Kriminologi dapat diartikan Kejahatan Dapat dipengaruhi Oleh Keadaan. Mengapa demikian?
Memang sudah seperti itu, apabila kita lihat hanya dari pendekatan “niat”, maka kita akan menemui contoh seorang pencopet yang apabila dia sedang berada di dalam kantor polisi ataupun di dalam barak tentara, maka meskipun ada niat namun situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Contoh lain, seorang santri yang notabenenya hampir setiap malam melakukan tadarus maupun zikir malam, disitu kesempatan ada namun niat takkan muncul karena situasi dan kondisi yang menempa dan menggembleng mereka sehingga membuat mereka susah untuk berfikir kesana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar